Cari Tahu Tentang Islam Nusantara
Monday, June 15, 2020
Add Comment
Cari Tahu Tentang Islam Nusantara. Islam merupakan salah satu agama yang di turunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam agama islam banyak mengajarkan hal-hal seperti iman terhadap wahyu, iman terhadap tanggung jawab, iman terhadap aturan-aturan Allah swt dan iman terhadap akhir zaman. Islam dalam bahasa arab yaitu al-islami yang artinya "berserah diri kepada tuhan", adalah agama yang mengimami satu tuhan yaitu "Allah SWT".
Sumber gambar: nasional.tempo.co
"Islam Nusantara"
Kitab suci agama islam ialah Al-Qur'an, semua umat muslim didunia mempercayai bahwa kitab suci Al-Qur'an adalah kitab yang paling utama dan paling penting karena kitab ini diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi muhammad SAW untuk menunjang kehidupan seluruh umat muslim. Kitab Al-qur'an terbagi dalam beberapa surah dan disetiap surah terbagi ke dalam beberapa ayat. Seluruh umat muslim percaya bahwa Al-qur'an difirmankan langsung oleh Allah SWT kepada nabi muhammad SAW melalui malaikat jibril.
Kitab suci Alqur'an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari atau rata-rata selama 23 tahun dimulai sejak tanggal 17 Ramadhan. Umat muslim menghormati kitab suci Al-qur'an sebagai salah satu mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu tanda kenabian. Al-qur'an menjelaskan bahwa isi dari dalam kitab Al-qur'an adalah suatu petunjuk, ada juga berisi tentang kisah bersejarah dan menekankan kepentingan moral.
Dalam ajaran islam, islam adalah sebuah kepercayaan dan pedoman hidup yang menyeluruh, muslim adalah orang yang memeluk ajaran agama islam dengan cara menyatakan kesaksian tentang keesaan Allah SWT dan kenabian Nabi Muhammad SAW. Di negara Indonesia ini adalah negara yang memiliki populasi muslim terbesar di seluruh dunia Indonesia adalah sebuah negara sekuler demokratik tetapi dengan oengaruh islam yang kuat.
Beberapa tahun terakhir, media baik nasional maupun internasional melaporkan penyerangan-penyerangan pada kelompok-kelompok agama minoritas di Indonesia (seperti Ahmadiyah dan kristen). Sejumlah kelompok muslim radikal seperti front pembela islam (FPI) menggunakan kekerasan (atau ancaman kekerasan) untuk memperjuangkan idealisme mereka termasuk dengan melawan umat islam lainnya (contohnya seperti dengan menyerang penduduk beragama islam yang menjual makanan pada siang hari di saat Ramadhan).
Di Indonesia ada yang dinamakan model islam atau Islam Nusantara, nah apa yang dimaksud dengan islam Nusantara ini? Islam nusantara adalah mencari cara bagaimana melabuhkan islam dengan konteks budaya masyarakat yang beragam sehingga dapat di terima dengan baik oleh masyarakat yang sebenarnya islam nusantara datang bukan untuk mengubah atau doktrin islam yang dibawa oleh nabi muhammad SAW.
Islam Nusantara hanya sebuah istilah yang konteksnya tidak dalam pokok agama. Karena hanya istilah, Zainat berharap, tidak dipertentangkan yang justru memperlebar kesalah pahaman dan perpecahan di kalangan umat Islam.
Hal seperti masalah Islam Nusantara, itu masuk dalam katagori cabang agama (furu'iyyah) bukan masalah pokok agama, karena hal itu hanya sebuah istilah bukan pada substansi," kata Zainut dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis, 26 Juli 2018.
Menurut Zainut, istilah Islam Nusantara sama halnya istilah Islam berkemajuan yang digunakan oleh Muhammadiyah dan MUI sendiri menggunakan Islam Wasathiyah. "Jadi seharusnya hal tersebut tidak perlu dibesar-besarkan dan dipersoalkan karena justru dapat merusak hubungan persaudaraan sesama umat Islam," kata Zainut.
Dia menyesalkan keputusan Rapat Koordinasi Bidang Ukhuwah MUI Provinsi Sumatera Barat yang menolak Islam Nusantara. Penolakan itu, Zainut menilai, menyalahi khittah dan jati diri MUI sebagai wadah berhimpun, musyawarah dan silaturahmi para ulama, zuama dan cendekiawan muslim dari berbagai kalangan dan organisasi.
"Seharusnya MUI sebagai tenda besar umat Islam bisa menjadi pemersatu dan perekat persaudaraan (ukhuwah) Islamiyah, bukan sebaliknya," ujar dia sembari menambahkan MUI harus bisa mengedepankan semangat persaudaraan (ukhuwah), toleransi (tasamuh) dan moderasi (tawazun) dalam menyikapi berbagai persoalan khususnya yang berkaitan dengan masalah umat Islam.
Berdasarkan putusan Ijtima' Ulama MUI di Pondok Gontor ada panduan bagaimana MUI menyikapi perbedaan paham keagamaan di kalangan umat Islam yang dituangkan dalam Dokumen Taswiyatul Manhaj (Penyamaan Pola Pikir Keagaamaan).
Dalam hal menyikapi perbedaan paham keagamaan yang sifatnya cabang dalam agama (furu'iyyah) harus bisa diterima sepanjang masih dalam wilayah perbedaan (majal al-ikhtilaf). "Perbedaan paham keagamaan yang kita tolak adalah yang masuk dalam katagori penyimpangan pada pokok agama atau ushuluddin."
Dewan Pimpinan MUI memastikan akan mengevaluasi putusan Rapat Koordinasi Bidang Ukhuwah MUI Provinsi Sumatera Barat soal Islam Nusantara tersebut sesuai dengan mekanisme peraturan organisasi.
Islam Nusantara adalah "khasais" (pengkhususan), bagi kelompok masyarakat yang mukim di kepulauan Nusantara. Sebutan ini bisa diganti Indonesia, Jawi, Rumpun Melayu atau apapun yang sepadan itu oleh bangsa lain selama berabad-abad. Isinya tradisi, pemikiran, ijtihad, cara berdakwah, interaksi sosial, dan sebagainya.
Jadi prinsipnya, bukan hanya milik orang Jawa, khususnya NU, tapi milik orang Singapura, Malaysia, Pilipina, Timor Leste, dari ujung Aceh sampai Papua. Semua rumpun bangsa yang hidup di seluruh kaukus Nusantara.
Islam Nusantara bukan sekte baru, bukan aliran berbeda, bukan sempalan dari agama induk. Islam Nusantara adalah cara pandang kebudayaan. Hukum yang dipakai tetap Alquran dan Hadits. Mazhab fiqihnya Imam Abu Hanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Tasawufnya mengikuti Imam Junaid al-Baghdadi, Imam Al-Ghazali, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan lain-lain. Ketauhidannya (akidah) menurut pandangan Imam Abu al-Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi.
Islam Nusantara meneladani prinsip hidup ulama Nusantara yang dicontohkan Wali Sanga. Islam Nusantara adalah pelestarian kebudayaan Nusantara yang sesuai dengan ajaran Islam.
Produk kebudayaan yang tak sesuai seperti syirik, minum arak, judi, dan lain-lain, tentu tak termasuk. Tapi kebudayaan yang menimbulkan kerukunan, kesatuan, kepedulian, penghormatan, seperti tahlilan, fidaan, barzanjian, ziarah kubur, walimahan, dan lain sebagainya.
Tidak hanya perbuatan, buah pikiran seperti yang terkandung dalam suluk Ki Ageng Selo, tembang Sunan Bonang, ajaran budi dalam pewayangan Sunan Kalijaga. Pendek kata, semua produk kebudayaan yang sejalan dengan asas islam rahmatan lil'alamin.
Tanpa label sekalipun, secara otomatis seluruh umat Islam yang meneladani Wali Sanga adalah penganut Islam Nusantara. Namun kenapa kemudian dia diberi nama? Hal itu untuk membedakan dengan sekelompok muslim yang haus darah dan gemar berperang, terutama kaum takfiri.
Ini yang kemudian dinamakan "mumayizat" (pembeda). Islam kita mempertahankan tradisi, bersikap rahmah terhadap pemeluk agama lain. Islam kita bukan agama yang suka memaksa, menebar teror, menyebabkan kerusakan di muka bumi. Hal itu telah dicontohkan oleh Wali Sanga ratusan tahun lalu. Jati diri itu yang kita ikuti.
Wali Sanga tidak memperhangus kebudayaan lama. Nyatanya candi-candi itu tetap dilestarikan, wayang, tari, karya sastra tetap ada. Wali Sanga menyebarkan Islam dengan menggunakan pendekatan kebudayaan.
Mereka hanya butuh waktu 50 tahun. Padahal Islam sudah masuk ke Nusantara ratusan tahun sebelumnya, tapi ia eksklusif, terpisah, kolot. Maka mereka tidak berkembang. Jikapun ada peperangan, itu adalah intrik politik antar-kerajaan. Unsur kekerasan itu bukan ajaran Islam yang dibawa para Sunan.
Sunan Kalijaga adalah sosok anti perang. Ia menolak apapun yang berbau peperangan. Akhirnya ia yang jadi utusan untuk mendamaikan Prabu Brawijaya V dan anaknya, Raden Patah, tatkala sebelumnya sang anak terhasut penasehatnya.
Islam penuh damai dan mengedepankan musyawarah itulah yang kita warisi, namanya Islam dengan khasais Nusantara.
Orang-orang yang menolak sebutan Islam Nusantara karena mereka takut ia dijadikan sekte, sempalan, golongan baru, di luar Islamnya Ahlu Sunah. Padahal itu tidak mungkin terjadi, karena itu hanya ciri sosial yang melekat, bersumber dari tradisi kita.
Orang-orang menolak label terhadap Islam dengan dalih, Islam ya Islam, sebenarnya tidak sadar kenyataan. Padahal mereka tak mau disatukan dengan Islam versi Wahabi, Islam versi Syiah, Islam versi Ahmadiyah.
Dan faktanya, Islam Nusantara bukan sekte semacam itu. Secara sederhana ia adalah sifat dan kebiasaan yang terkandung dalam masyarakat muslim Nusantara. Cara pandang kebudayaan yang mengedepankan toleransi, penghormatan, pelestarian tradisi selama ratusan tahun.
Jadi, Islam Nusantara ya yang melekat pada diri kita ini. Siang-malam kita kerjakan, seiring embusan napas, seturut ayunan langkah kaki, menyatu sebagai jati diri. Berkah yang kita warisi dari nenek moyang, disaring oleh ajaran Nabi Muhamad yang dibawa ulama Nusantara.
0 Response to "Cari Tahu Tentang Islam Nusantara"
Post a Comment